Thursday, June 30, 2016

Mengobati Trauma

Hari ini atau tepatnya malam ini, saya harus ngegas ke Solo ( rumah Ibunda ) karena besok Jumat. Agar tidak terulang kejadian macet saat sahur dan berlokasi di terminal Penggung, maka hari ini kendaraan saya CB Dream dilengkapi dalam rangka preventiv yakni " mengobati trauma " seminggu lalu. Kelistrikan yang tadinya DC, saya minta bengkel mengembalikan semula yakni aplikasi sekring agar arus listrik tidak kontak langsung jika terjadi lejadian under estimate ( tidak diduga ).

sebuah realy buat asesoris

Masalah lampu yang cukup terang atau tajam, atas masukan Mas Handono ( tukang bengkel di Gamping ) agar disambung dengan Relay Mobil. Alhamdulillah, semua barang yang siang yadi saya cari bisa dibeli semua meski kualitas lokal ( KW ). Oli nampaknya juga perlu diganti mengingat sudah hampir satu bulan ini, sebagai ganti oli rutin. Mudah mudahan, trip nanti malam bisa sampai rumah Ibunda (Solo) dengan sesuai rencana, karena besok pagi habis subuh harus mengurus pengajian kultum subuh yang diadakan panitya masjid Al Huda Nirbitan Tipes Solo.

Wednesday, June 29, 2016

Diajak Mengajar Kursus Baby Sitter

Kanjeng pembaca yang budiman, saya diajak Ibu untuk mengajar di kursus babby sitter yang ada di Solo bagian Selatan atau tepatnya depan lapangan bola kartopuran. Di sudut gedung umat islam itu ada ruangan kosong dan menampung sekitar 20 an siswa, Ibu merintis kursus babby sitter yang tentu sasarannya wanita dan diprogram untuk profesi babby sitter. Dengan bimbingan Dr Fanani  (dokter cukup senior di kalangan IDI Solo), namun saat itu Dr Fanani masih dokter muda selaku pembina di bawah lembaga wanita islam Surakarta. Saya disuruh mengajar bahasa inggris dan sedikit bahasa arab yang memang ada sedikit pengetahuan 2 bahasa itu. Tawaran dari Ibu akhirnya saya terima dan karena sifatnya mengajar, saya diharuskan mengisi semacam kesanggupan dan membuat silabus yang sederhana sifatnya. Hal ini mengingat alumni pertama, babby sitter ada yang bekerja kepada orang asing yang kebetulan sedang ditempatkan di Solo.

sebuah kursus babby sitter

Jadwal mengajar adalah pagi hari dan kebetulan saya bersekolah di SMA Al islam 1 Solo masuk siang, alhamdulillah bisa berlangsung 2 semester dan saat itu saya masih kelas 1 SMA. Bekal bahasa inggris saya dapat dari alm. Bapak Mukti Subiarto, yang menguasai 4 bahasa. Sayang sekali, alm. bapak Mukti ijasahnya hilang saat banjir besar di Solo tahun 1966 yang merupakan bencana nasional waktu itu. Sedang bahasa arab, saya memperoleh dari alm. Bp Rosidi Asrofi LC, alumni Mesir yang saat itu selalu menjadi pengawal jika ada tamu dari Timur Tengah. Alhamdulillah, pelajaran ala bapak Rosidi yang terakhir Direktur Ponpes Assalam, masih banyak yang kuingat hingga hari ini. Maklum cara mengajarnya memang cukup berkesan, dan alirannya menfarah ke sastera arab, jadi tidak terlalu tekstual dan sangat up to date pada tahun tahun tersebut. 

Pengalaman mengajar babby sitter yang tak bisa saya lupakan adalah, karena saya juga masih siswa sedang peserta juga rata rata usia sama (lulusan SMP), sering di tengah saya sampaikan materi malah digoda para siswi siswi itu. Mau marah bagaimana, tidak marah kok jadi candaan terus....? Inilah pengalaman berharga yang saya alami, tentang honor....? ada deh, yang jelas bisa buat keperluan sekolah hingga lulus SMA.

Tuesday, June 28, 2016

Sepeda Dan Hadiah Maleman Lebaran

Saat sekolah dasar , melihat kawan kawan memakai sepeda, rasanya ingin memiliki pula. Keinginan ini kandas mengingat situasi dan kondisi Ibu yang masih merintis di kota Solo pasca ayahanda wafat di Jombang (Jawa Timur) dalam usia relativ masih muda sekitar 50 tahunan. Dengan 6 anak, Ibu harus menghidupi sedang dana pensiun tidak ada. Alhamdulillah berkat bantuan kawan kawan ayahanda almarhum yang cukup banyak di Jawa Timur, sebagian kakak kakak lelaki saya bisa ikutan dengan teman teman ayahanda. Sedangkan saya dan kakak perempuan diasuh oleh Ibu secara langsung yakni menemani di Solo.

Dengan membuka warung seadanya dari makanan kecil hingga minyak tanah, semua kebutuhan bisa tercukupi. Alhamdulillah kakak wanita saya, saat ini sempat menyelesaikan S2 nya di ITB, meski akhirnya menjadi ibu rumah tangga biasa, karena suaminya cukup sibuk sebagai pejabat di lingkup Pekerjaan Umum Semarang. Karena ada warung, otomatis kendaraan seusia sekolah seperti sepeda menjadi primadona. Namun apa daya, kakek saya selaku pengganti ayah (alm) didikannya cukup keras dan disiplin. Ibu juga masih dalam keadaan minim pendapatan. Adapaun keperluan main sebagai anak anak juga memancing keinginan untuk miliki sepeda. Terlebih kawan kawan selalu memprovokasi agar dibelikan sepeda.Inilah kenyataan dan bagi saya yang masih kanak kanak bukan persoalan, karena pembelajaran kakek cukup membuat saya untuk tanggap terhadap situasi ( narimo ing pandum atau bahasa agama Qonaah )

Nah, suatu ketika di tahun 1978 dan tentu masih SD usai Lebaran Idul Fitri selalu ada banyak tamu di rumah kakek (alm) yang bernama Abdussomad yang memang muridnya banyak. Mungkin dilhami kebandelan saya, mestinya tidak boleh pergi dulu dan wajib bantu kakek karena tamu tamu akan berlimpah saat Lebaran. Saya menggunakan kesempatan pagi usai Sholat Ied, langsung menuju Maleman Sriwedari (saat ini masih ada karena dicoba dilestarikan) cukup jalan kaki. Dengan uang seadanya, saya coba membeli Es Woody yang saat itu jadi favorit anak anak, alhasil karena Lebaran ada undian hadiah dari setrika hingga mesin jait. Selesai membeli Es, saya buka ternyata ada gambar " sepeda " di kuponnya. Kawan saya Mas Sigit, dapat gambar Mesin jaih. Alhamdulillah, saking bersukurnya saya sempat lari lari seputaran Sriwedari Solo karena siangnya akan menerima hadiah dan diliput Suara Merdeka. Sepeda ini jenisnya sperti BMX zaman sekarang, namun punya 2 Skok Sepan Elastis bagian depannya (mentul mentu : bahasa Jawa). Dengan pulang bawa sepeda habis dhuhur, langsung dimarahi Ibu dan kakek akrena menghilang setengah hari. Akan tetapi saat saya beritahu saya dapat hadiah sepeda, mereka berdua " jadi cair semua ", alhamdulillah Ya Alloh, dilarang untuk miliki sepeda ternyata ada jalan lain buat memilikinya yakni lewat Es Woody.

Menjadi Ibu Teladan

Banyak kalangan bahkan saudara Ibu sendiri yang belum tahu,  bahwa Ibu pernah menjadi ibu teladan yang diadakan pemkot Surakarta meski hanya masuk 5 besar.  Sekitar tahun 1978 atau 1979 dimana penulis masih awal awal masuk pendidikan Sekolah dasar (SD). Masih dalam  ingatan saya, pagi itu di rumah sedang diadakan pembenahan pembenahan, yakni saya disuruh Ibu menata ulang baik meja dan kursi serta meminjam beberapa buah kursi dari ponpes Nirbitan Solo, ponpes ini didirikan ayah ibu saya yang secara otomatis menjadi kakek saya.  Tidak lama kemudian sekitar jam 10.00 pagi, banyak rombongan (kalo tidak salah) ada 2 mobil yang berasal dari pemkot kota Surakarta ( saat itu tamu bermobil bisa dianggap tamu super wah atau pejabat tinggi ) dan satu lagi dari Organisasi Wanita Surakarta.  Saya pun diberitahu Ibunda setelah setahun/ 2 tahun  kemudian, mengingat waktu itu saya memang belum saatnya menerima info atau berita.

Dalam rombongan yang kebanyakan memang wanita, ada sosok yang dikenal baik baik saat itu yakni Ibu Dra. Murfiah Sarwono. Ibu Murfiah ini memang dikenal sebagai penggerak wanita muslimah Surakarta dan berlangsung untuk kurun waktu yang cukup panjang dan juga penggiat aktivitas wanita tingkat daerah bidang kesejahteraan wanita dan sosial. Ada pemandangan yang kurang sedap, demikian Ibu jika kisahkan di balik peristiwa yang menimpanya. Yakni, kejadian itu (di rumah ramai tamu ) yang nampak orang orang penting duduk dalam satu mejelis, sedang rumah Ibu saya masih amat sangat sederhana, yakni berlantai tanah. Tembok masih berupa gedhek (bambu yang dianyam), dan bilamana ada hujan sering bocor (terocoh : bahasa Jawa). Saat itu juga saya baru kenal, Ibu pesan konsumsi atau makanan khusus dalam kardus kotak yang ternyata itu tanda akan kedatangan tamu tamu istimewa. Subahaanalloh......!!

Tiada Gading Yang Tak Retak, inilah kenyataan dan realita hingga sampai sekarang. Acara bertajuk pemilihan Ibu Teladan tingkat Kota Surakarta, nampaknya kurang mendapat respon positiv dari adiknya Ibu (bibi saya). Mungkin dimaklumi sesama wanita dan usianya tidak terlampau jauh, bahkan adik ibu saya punya status agak istimewa, yakni Guru Resmi (saat itu) dan sekarang menikmati dana pensiun juga tiap bulan sedang Ibu saya tidak samasekali, karena Ibu saya hanya berprofesi GTT (Guru Tidak Tetap). Sebagai gambaran singkat saja, saat itu Ibu saya memiliki 6 orang putra dengan status janda, almarhum ayah saya wafat tahun 1971 atau saya baru usia 2 th an. Dengan anak 6 ini, pekerjaan GTT sebuah SMP swasta, kakak paling besar diterima di Telkom Bandung. Adiknya di ITB Teknik Kimia (sekarang sudah master) dan mengajar di Polband ITB, adiknya diterima di UGM (wanita, namun karena kurang biaya akhirnya cukup kuliah di Solo (PGSLP) yang cukup murah biayanya. Kakak saya nomor 2 hanya sampai STM, namun memiliki besan Rektor sebuah PTS di Solo dan anak anaknya cukup mandiri serta tinggal 1 saja sedang studi di UNS. Sedang penulis sendiri, pernah sekolah/ kuliah di UGM serta masuk jalur tanpa test/ PMDK saat itu ( tahun 1987 ) dan alhamdulillah juga lulus, tidak DO (drop out). Barangkali atau ternyata, atau kemungkinan besar demikian saya punya penilaian,  nilai keteladaan Ibu yang sekarang tanpa pensiun dari institusi manapun, pembuktiannya justru di masa mendatang. Bukan saat penilaian berlangsung (menurut saya). Sesuatu yang langka dan bisa saja demikian kanjeng pembaca yang budiman.




Monday, June 27, 2016

Belajar Memasak

Menjelang puasa tahun ini saya disibukkan dengan sedikit agak susahnya Ibu dengan menu masakan warung entah langganan atau yang tidak biasa. Yang biasa sebut saja untuk sayur sop, lodeh, asem asem dan sejenis nya. Yang tidak biasa umumnya ada kandungan daging seperti sapi atau ayam (soto dan lodeh). Tiap pulang Solo, jelang puasa saya selalu membeli minim 2 macam, satu ada kandungan santan satunya jenis sayur bening. Dengan harapan, jika satunya diterima saya yang sisanya. Namun, ternyata sedikit ada protes atau komplain baik terlalu asin atau terlalu pedas. Pernah satu kali terasa agak pedas, lalu kutambahkan air galon ternyata malah bunda tidak mau memakannya padahal itu juga dibeli semuanya.

Biasa saya sampai di Solo hari Jumat pagi setelah meninggalkan Jogja kamis malam, esoknya setelah sampai Solo yakni Sabtu saya pakai waktu untuk belanja sayur mayur mentah di Pasar kembang. Kesukaan ibu seperti sayur bening dan sayur asem yang mudah. Penjual sayur di pasar sekarang nampaknya cukup jeli, jika pembeli ingin sesuatu langsung dibuat paket bumbu plus sayurnya. Akhirnya saya meminta bumbu dan sayur untuk sayur lodeh, meski ada santannya sayur ini jadi favoritnya. Sedang yang jenis asem sudah saya tulis sebelumnya dengan judul " kurang garam Lee ". Dengin sedikit tanya sana sini akhirnya lengkaplah yang dibeli dan bisa buat 2 sesion (makan siang dan malam ).

Bismillah, akhirnya seperti masukan penjual sayur dengan sedikit ada tambahan masing masing unsurnya mulailah memasak sayur lodeh. Dengan terong, kacang, lombok/ cabai merah, jipan serta bumbu yang sudah siap mulailah peroses memasak. Ada kejadian lucu, pas giliran harus nunggu memasak, maklum dengan kompor manual, Ibu minta dibelikan jamu gendong. Dengan tancap gas CB Dream, kupacu dengan cepat ke pasar dan paling 10 menit bisa kelar. Sampai rumah, apa yang terjadi...? Sayur lodeh nampak kering alias gosong. Ya Ampun, ternyata kesalahan saya yakni tidak menitipkan pada Ibu kalau saya sedang masak lodeh. Saya sedikit agak curi waktu dan biar surprise, karena jam jam 9.00 pagi memang saatnya beliau tidur pagi hingga solat dhuha tiba, yakni antara jam 10.00 - 11.00. Okey gand, inilah hasilnya ingin belajar memasak, malah gosong akibatnya, Dengan sedikit malu, sayur lodeh tetap saya teruskan namun saya makan sendiri saja. Dan buat menu siang, akhirnya jajan ke warung lagi. Alhamdulillah, belajar memasak sayur santan sudah dapat meski belum bisa buat sajian resmi makan siang.

Sunday, June 26, 2016

Tensi 290 Ibu Masih Kuat Puasa

Kejadian ini 2 tahun lalu saat akan chek up rutin tiap bulan ke Dokter Hanardi kawasan kalurahan Tipes Surakarta ( Solo ). Badan yang tidak enak serta sedikit flue, Ibu meminta saya menemani ke Dokter langganannya, yakni dokter Hanardi yang usianya juga sudah masuk usia tua sekitar 70 tahun dan terkenal sabar disamping beliau juga mengeluarkan obat. Biaya chek up dirasa terjangkau untuk berbagai lapisan dan nilai plus nya, mendapatkan obat di tempat yang sama. Sampai tempat eriksa, seperti biasanya check up jantung, tensi dan obrolan ringan.

Setelah periksa selesai, hasil deteksi tensi menunjukkan angka cukup fantastis yakni 290, dan hari itu masih dalam keadaan puasa. Waktu chek up sore hari antara jam 17.00 - 20.00 sesuai jam praktek dan saya ambil di awal/ antrian pertama karena menjelang buka puasa. Pengalaman yang sudah sudah hasil chek up biasanya sekitar 200-220. Dokter bilang, sehabis ini segera chek up jantung ke spesialist sesuai pilihan Ibu. Namun ada peristiwa dan mungkin ini juga langka, yakni Ibu sempat bicara ke dokter yang katanya : Pak Dokter, alatnya jangan jangan salah baca...?? Hmmmm, inilah pernyataan sepanjang saya menemani Ibu cukup membuat senyum, aneh sekaligus tidak sambung. Akan tetapi apa dikata, pengertiannya selama ini yakni normalitas antara angka 200-220 nilai atas serta batas bawah sekitar 120-130 an. Jika anda seorang dokter memperoleh respond dan ungkapan demikian, bagaima reaksi anda ?.

Esoknya sebagaimana arahan dokter, Ibu saya bawa ke Dokter Fathoni, spesialist jantung ( penyakit dalam yang cukup ternama di Solo ). Begitu sampai rumahnya ( kebetulan Ibu sangat kenal keluarga dokter ini ), malah minta pulang, karena nanti saat periksa jantung sang dokter tidak mau dibayar...?. Lagi lagi peristiwa langka ini terjadi, bahkan saya sempat memencel tombol (bel) isyarat mau masuk ruang prakteknya. Sebagai anak, saya hanya mengalah menurut kemauan bunda dan akhirnya langsung pulang lagi.

Saturday, June 25, 2016

Kick Andi Dan Puasa


Tadi siang di acara Kick Andi metro TV ada (mungkin rekaman) tentang sosok wanita atau lebih pas Relawan di belahan bumi bagian timur pasca konflik atau lokasinya Poso. Wanita ini asli Poso, kemudian kuliah di Jawa setelah lulus kembali ke kampung halamannya.
Saya pun sedikit mendengarkan tanpa melihat program secara langsung, karena jam jam siang memang kurang interest serta lebih baik buat istirahat (tidur). Videonya bisa disimak disini :


Saat mendekati Ibu yang asyk menonton acara, beliau tanya dengan (tentu sesuai pemahamannya), yakni pertanyaanya : Apakah yang di arena siaran " tidak puasa " kok siang siang bisa kumpul banyak orang dalam studio. Kebetulan acara Kick Andy, adalah diantara kesukaannya di samping ceramah agama. Pertanyaan dan jawabannya, tentu susah dingkap mengingat pemahamannya sudah seperti ini. Inilah sekelumit respon langsung bilamana menonton apa saja dan selalu dilontarkan. Jika sedang keluar dan kebetulan bertemu dengan orang lain khususnya ibu ibu (biasanya jamaah masjid ), saya berpesan pada lawan bicara untuk mengiyakan saja apa yang dibicarakan Ibu, sebab bila ada tanggapan balik justru akan lama bincangnya dan kemungkinan akan " salah sambung ".


Friday, June 24, 2016

Tidak Semulus Jalan Tol

Trip tadi malam, yang sudah direncanakan dengan baik ternyata tidak semulus jalan tol. Yahh, kanjeng pembaca yang budiman bahwa doa dan harapan tidaklah cukup. Faktor keberuntungan atau bahasa jawanya pulungan di jalan tetap jadi idola. Hampir 2 tahun jalan malam tanpa kendala, terbantahkan kemarin malam. Entah sebab apa juga belum begitu jelas, takdir ataukah karena sudah 1 minggu motor klasik saya tidak saya pakai akhirnya manja berat. Daru Jogja sampai Penggung, tiba tiba kelistrikan mati total. Alhamdulillah, lokasi dekat dengan terminal dan warung makan pinggiran. Bagaimana jika macet di area persawahan sedang waktu menunjukkan jam 2.00 dinihari...??

 
Akhirnya niat visit ke Ibunda harapannya subuh tiba di Solo, gagal sudah. Karena memang listrik dari kabel coil, blnak alias nihil sebagaimana saran Mas Anung CB Klaten yang menghubungi pertama kalinya. Oh Ya, mas anung adalah kalangan pertama yang merespond status saya saat itu bahwa saya alami trouble di Penggung. Beliau, akan datang usai sahur.  Saat habis subuhan di Penggung, Mas Anung yang bawa CB Dream sudah bawa tools bengkel, namun ternyata ketinggalan kunci L nya. Akhirnya Mas Anung telpon kawannya lagi dan tidak lama datanglah Mas Danang yang memang piawai cek ricek kabel kabel bodi arus.

Singkat saja, setelah coba coba arus belakang dan tengah akhirnya disimpulkan bahwa kontak tools nya alami broken atau rusak. Akhirnya motor dibawa ke rumah Danang di bilangan Jatinom atau Tulung dan akhirnya saya sempat tertidur karena capeknya. Alhamdulillah, saat bangun hampir jam 10.30 pagi kendaraan sudah ganti bodi kontak meski masih klas lokal, yang penting aman dulu. Setelah sholat Jumat, saya pamitan ke keluarga Mas Danang, dan sekali lagi salam hangat dan terima kasih buat semuanya yang berperan, sebab saat habis subuh saya menjadi panotya pengajian kuliah subuh di Solo, namun kali ini absent dulu. Kalo tidak absent, mana kenal Mas Anung dan Mas Danang...?. Trip lalu kulanjutkan dengan menyusuri jalur Cokrotulung yang terkenal industri air mineral terbesar di negri ini, sekaliyan jalan jalan siang lewat desa ke desa.


Thursday, June 23, 2016

Gas Solo Pas Malam Penuh Berkah

Malam ini di studio Zip Production Jogja area Gamping jogja diadakan pengajian Nuzulul Quran dengan pemateri cukup kondang di Jogja, almukarrom Bp KH Zulkarnaen. Beliau asalnya Medan Sumatra Utara, dengan bahasa Jawa agak medok namun cukup lancar ceramahnya,, Cukup padat isinya disertai tanya jawab dengan pendengar (mustami'). Dengan sedikit humor serta alunan musik kasidah moderen, meski tulisan ini diturunkan pengajian masih berlangsung. Secara subtansial, isinya memang cukup menggugah baik anak anak hingga orang tua.

Kutulis di Blog ini karena sebentar lagi akan ngegas ke Solo buat kunjungan Ibunda Tercinta yang rutin @pekan. Mudah mudahan malam ini penuh berkah dan sampai tujuan dengan selamat, Amin. Jangan lupa, mengingat ini adalah midnight trip tidak seperti siang, yang penting keep safety riding.

Selingan Buka Puasa

Selingan diantara kisah kisah tentang Ibu dan seputarnya mengawali tulisan Blog ini, disajikan video 

yang disadur dari forum Santri darut tauhid Bandung

Kemudahan Sholat Di Jalan Dengan Truk

Bisa untuk menggantikan (seperti gambar di bawah ini) dan dipakai berjamaah








                              

Wednesday, June 22, 2016

Malu Dibonceng Motor Jadul

Kendaraan operasional di Solo saat pulang kampung tiap pekan, sejak tahun 2007 saya menggunakan Astrea 800 yang masih orisinil warna hitam. Apapun kegiatannya dengan motor lawas super hemat BBM ini, alhamdulillah semua aktivitas baik menunjang usaha, membantu keperluan Ibu hingga sesekali keluar kota (maklum sedikit agak bandel juga meski jalannya tidak kencang), diantaranya pernah buat angkut barang barang lapak ke Sragen, Ngawi dan Boyolali.


Astra 800 85 Memories
Jenis kendaraan yang digolongkan motor wanita buatan tahun 1985 ini memang praktis dan jarang trouble. Akhir tahun 2013 justru saat saya poles dan cat lagi agar nampak kinclong, justru dilamar Mas Agus pegawai BI Solo. Motor berplat Jogja ini akhirnya dengan berat hati saya lepaskan meski terlambat pajak tetap dibeli juga oleh mas Agus yang katanya untuk latihan futsal, karena akhir tahun itu juga saya mulai tertarik dengan CB, apapun basic nya entah CB asli atau GL bermodif CB.

Awal Dapat Dari Tokobagus/OLX

Alhasil setelah browsing di forum jual beli seperti berniaga dan OLX, akhirnya pilihan jatuh pada pemilih H 5510 MH plat Semarang. Setahun kemudian, saya punya ide untuk membaguskan sekaligus sebagai klangenan (simpanan) dengan sedikit poles baik perubahan ketebalan roda dan assesoris seperlunya. Namun ada kejadian dan sering menjadikan kisah yang membuat selalu tersenyum, apakah itu...?. 

Istirahat Sejenak karena Ibu Capek

Tiap Ibu saya bonceng baik ke dokter untuk chek up atau sekedar menghadiri undangan, beliau berujar : Aku Isin Lee, kabeh do ndelok aku, saya malu semua pengendara sama lihat saya.....!!!. Menurut saya, jelas karena motor yang saya pakai jarang ada yang sama baik bentuk atau warna, jika keliling kampung dan sekali lagi ini yang jadi ide tulisan ini.


Tuesday, June 21, 2016

Logika Televisi

Seusia Ibu memaknai acara televisi sungguh membikin saya sebagai anak kadang dibuat geli dan kebanyakan memang menurut logika Ibu sendiri. Ini yang dirasakan selama ini. Yang menjadi acara atau program favorit adalah materi Islam dan Berita seperti : kuliah subuh, Aa' dan Mamah Dedeh, Sahur pagi dan berita terkini terutama Siraman Rohani di Solo TV, yang khusus ramadhan ini banyak menampilkan KH Anwar Zahid yang cukup menggelitik joke joke saat tausiyahnya.



Acara Solo TV, kebetulan sedang ditunggu tunggu ternyata belum siaran karena dibandingkan acara televisi lain agak terlambat. Apa yang dikatakan Ibu : Wooow, pegawai Solo TV pada belum bangun, masih pada tidur. Ini tentang acara pagi Solo TV.

Begitu pula saat channel Indosiar saya setting di nomor 5, yakni acara Mamah Dedeh. Karena sedang kurang bagus sinyal dan gambar, terpaksa channel 5 kuganti dengan Trans TV, tentu tidak seperti yang diharapkan. Bagaimana reaksi Ibu...??? Woow, Indosiar sedang " bangkrut " digantikan Trans TV. Inilah sekelumit tentang Logika Televisi dan pemahaman Ibu selaku insan yang hidup di era 3 generasi ( Belanda, Jepang, Kemerdekaan ).

Monday, June 20, 2016

Kurang Garam Leee.....!!!

Hari Ahad atau Minggu kemarin, mengingat menu buka yang saya saksikan ternyata Ibu yang alhamdulillah masij kuat berpuasa menjelang paruh ramadhan tahun ini, sangat kurang tambahan atau sayuran. Ide muncul paginya untuk belanja sayur mayur ke pasar kembang Solo meski kabarnya, sebagian wilayah Solo kena musibah banjir hujan malam minggunya. Langsung ke penjual sayur dan kusebut kepada pedagang, untuk sayur asem Pak, ikut saja apa saja bumbu dan sayurannya sekalian tempe dan tahu nya.

inspeksi irisan sayur
 Meski hari minggu, car freeday ( CFD) di Slamet riyadi tetap buka dan saya manfaatkan untuk main tenis meja (pingpong) sebentar meski dalam keadaan puasa, tidak masalah. Hanya porsi seni mainnya diubah dengan tenaga minimal saja. Usai dari tenis meja, kebetulan ada Bapak Prof. Aris MSc (ahli psikiatri ) selaku ketua PTMSI Solo, tak kubiarkan kesempatan buat main satu set. Jam mendekati angka 09.00 pagi, baru pulang ke rumah Ibu.

siap gas tipis sayurnya

Karena kecapekkan dan cukup keringat serta terasa ngantuk, tertidut hingga jelang sholat dhuhur. Habis dhuhur, sempat mengaji beberapa ayat Al Quran langsung action mau masak. Ternyata Ibu tahu kalau mau masak, kebiasaan Ibu tak bisa tinggal diam jika saya mulai kerja urusan belakang. Bawang merah, kacang panjang, tomat, daun so, garam, gula merah kusiapkan. Air mulai mendidih, semua sayuran yang sudah disiapkan kumasukkan ke panci yang ala kadarnya ( Ibu suka menyimpan barang barang lamanya ). Bawang merah (brambang : jawa) sekalian garam dan gula jawa dimasukkan. 10 Menit kemudian, Ibu mencicipi, dan langsung keluar kalimat : Kurang Garam Lee.....!!. Lee, panggilan orang tuwa kepada anak yang cukup akrab. Bagaimana saya mau cicipi...?? yang penting asal masuk saja. Dirasa sudah cukup, mulai saya menggoreng tahu dan tempe masing masing cukup hingga buat sahur paginya.

habis masak simpan foto di PC jadoel

Habis magrib, segera siap buat santap buka puasa dengan masakan sendiri. Saat merasakan sayur, karena tadi kurang garam akhirnya saya tambah lagi, ternyata sayur asemya : teralalu asin, dan tempe tahu nya sama juga, kata Ibu : Kabeh Kasinen (logat jawa). Bagaimanapun rasanya, karena masakan saya, terpaksa Ibu tidak komplain, maklum jika saya belikan sayur di luar (warung) bila kedapatan kurang sreg, akan protes saat itu, yah demikianlah Ibu. Apapun dan bagaimanapun, tetap harus kita nikmati pelayanan meski menurutnya sangat kurang, yang penting berbuka puasa diwarnai serba asin. Alhamdulillah, tetap nikmat dengan masak sendiri. Minggu depan, akan belajar masakan lain, yang beda dari kemarin, gumam saya.



Friday, June 17, 2016

Pertemuan Satu Lembar

Pertemuan Satu Lembar, saya memaknai setelah sampai rumah Ibu di Solo paginya bincang bincang dengan tema bebas, terpaksa harus kutuliskan pada " selembar kertas ", mungkin foto menyusu saja karena ditulisnya ini usai olah raga rutin tiap pekan ( tenis meja ) di bilangan tengah kota Solo Jawa Tengah.



Pendengaran Ibu yang sudah cukup significant berkurang, komunikasi dijalankan dengan menulis di lembar kertas. Namun tetap kumaknai dan kunikmati, mengingat ini komunikasi yang saat ini bisa dilakukan. Dengan kode atau isyarat di mulut, sesekali pas atau tepat seperti persangkaannya, namun usia 80 th lebih bisa menyita energi jika dengan bahasa isyarat.


 Alhamdulillah, beberapa persoalan yang dihadapi Ibu cukup bisa di_share antara saya sebagai anak dengan Ibu sebagai orang tua satu satunya. Terasa nikmat dan terkenang jika para pemirsa atau pembaca, dialog dengan bantuan secarik kertas, Persis, seperti beliau atau siapa saja, saat masih kanak kanak.

Contoh dialog dengan Ibunda Jumat kemarin :

1.  http://www.4shared.com/mp3/RYddJZRtba/IBU_SOLO_17_06_2016_01.html
2.  http://www.4shared.com/mp3/WHrcIKBJba/IBU_SOLO_17_06_2016_02.html


Thursday, June 16, 2016

Trip Tengah Malam

Insya Alloh malam ini gas Jogja ke Solo tengah malam yang sudah menjadi rutinitas. Paginya harus siapkan buat kuliah subuh di rumah (masjid Al Huda Nirbitan). Disamping itu, tiap malam Jumat ini sudah penulis lakukan sejak 5 tahun lalu, dimana ada aktivitas habis subuh di masjid. Memang sementara kalangan bahkan kawan kawan katakan, apa tidak capek ?

Namanya manusia, ya tetap capeklah namun semua karena didasari perintah Alloh SWT yakni bakti orang tua (tinggal ibu), semuanya terasa ringan saja. Terpenting jaga stamina dan selama perjalanan, diselingi dengan dzikir. Inilah, senjata terakhir " dzikir " sambil " plesir ".

Tuesday, June 14, 2016

Puasa Di Usia 80 Tahun Lebih

Alhamdulillah, puasa tahun ini yang bertepatan di awal Juni 2016, Ibu yang masuk usia 83 tahun lebih masih diberi kekuatan atas izin Alloh SWT. Di hari pertama, saya masih di Solo buat menemani sholat tarawih 11 rekaat juga malamnya sempat menemani di sahur perdana. Hanya saat berbuka, saya harus balik Jogja karena sudah menjadi kebiasaan berada di rumah Ibu hari Jumat pagi hingga Senin siang atau sorenya. Gambar di bawah, ibu (tengah) sebelum puasa mendapat kunjungan kawan srta sahabat lamanya yang masih famili dari Sragen, usianya masih di bawah ibu (sekitar 75 th an)



Hari Jumat kemarin tanggal 10 Juni 2016, saat dinihari sampai Solo beribu rasa syukur sempat saya ucapkan karena Ibu masih tidur dengan nyenyak dan beberapa makanan di mejanya masih tersisa dan bisa dipakai buat sahur. Hanya karena tidak ada sayur (bahasa jawa : jangan), setelah jam menunjukkan 03.30 an , saya sempat keluar mencari sayur/ lauk kesukaannya. Senin kemarin 13 Juni 2016, sorenya saya sempat mau pamit ke Jogja, alhamdulillah kakak saya yang mengajar di SMP 4 Solo datang membawa sayuran lengkap dengan lauknya, hingga ngegas ke Jogja lagi diliputi rasa tenang. Di samping itu, sebelum berangkat beberapa cucian sudah saya cuci hingga pergi ke istri (Jogja) cukup dengan rasa lega (plong)

Thursday, June 9, 2016

Old Becoming Proud

Mesti sederhana judulnya, mengingatkan saat oleh Ibu disuruh pulang kampung saja serta terserah mau usaha apa, yang penting halal. Akhirnya bersama adik ipar saya bergabung dengan bendera zip production jogja membesarkan dan melebarkan sayap bidang tshirt dan jaket serta kemeja. Berbekal income yang merupakan sisa dari kerja kontrak di petrochina Tuban, alhamdulillah usaha ini masih exist hingga sekarang. Awalnya, melayani komunitas motor klasik inggris atau british dan banyak terlibat di event event baik lokal dan nasional, dan sempat menjadi official tshirt pada Jambore MAC Indonesia di Pagilaran Kraton Surakarta, yang saat itu alm, Mbah Wariyo Amak Pemudi's Surabaya Amak masih hidup serta Ketua Panitya Bapak Bayu SH, seorang Hakim di Pengadilan Surakarta sekaligus Ketua MAC I Solo.

Bravo MAC Indonesia yang sebentar lagi akan ada perhelatan di Jogjakarta.