Tuesday, June 28, 2016

Sepeda Dan Hadiah Maleman Lebaran

Saat sekolah dasar , melihat kawan kawan memakai sepeda, rasanya ingin memiliki pula. Keinginan ini kandas mengingat situasi dan kondisi Ibu yang masih merintis di kota Solo pasca ayahanda wafat di Jombang (Jawa Timur) dalam usia relativ masih muda sekitar 50 tahunan. Dengan 6 anak, Ibu harus menghidupi sedang dana pensiun tidak ada. Alhamdulillah berkat bantuan kawan kawan ayahanda almarhum yang cukup banyak di Jawa Timur, sebagian kakak kakak lelaki saya bisa ikutan dengan teman teman ayahanda. Sedangkan saya dan kakak perempuan diasuh oleh Ibu secara langsung yakni menemani di Solo.

Dengan membuka warung seadanya dari makanan kecil hingga minyak tanah, semua kebutuhan bisa tercukupi. Alhamdulillah kakak wanita saya, saat ini sempat menyelesaikan S2 nya di ITB, meski akhirnya menjadi ibu rumah tangga biasa, karena suaminya cukup sibuk sebagai pejabat di lingkup Pekerjaan Umum Semarang. Karena ada warung, otomatis kendaraan seusia sekolah seperti sepeda menjadi primadona. Namun apa daya, kakek saya selaku pengganti ayah (alm) didikannya cukup keras dan disiplin. Ibu juga masih dalam keadaan minim pendapatan. Adapaun keperluan main sebagai anak anak juga memancing keinginan untuk miliki sepeda. Terlebih kawan kawan selalu memprovokasi agar dibelikan sepeda.Inilah kenyataan dan bagi saya yang masih kanak kanak bukan persoalan, karena pembelajaran kakek cukup membuat saya untuk tanggap terhadap situasi ( narimo ing pandum atau bahasa agama Qonaah )

Nah, suatu ketika di tahun 1978 dan tentu masih SD usai Lebaran Idul Fitri selalu ada banyak tamu di rumah kakek (alm) yang bernama Abdussomad yang memang muridnya banyak. Mungkin dilhami kebandelan saya, mestinya tidak boleh pergi dulu dan wajib bantu kakek karena tamu tamu akan berlimpah saat Lebaran. Saya menggunakan kesempatan pagi usai Sholat Ied, langsung menuju Maleman Sriwedari (saat ini masih ada karena dicoba dilestarikan) cukup jalan kaki. Dengan uang seadanya, saya coba membeli Es Woody yang saat itu jadi favorit anak anak, alhasil karena Lebaran ada undian hadiah dari setrika hingga mesin jait. Selesai membeli Es, saya buka ternyata ada gambar " sepeda " di kuponnya. Kawan saya Mas Sigit, dapat gambar Mesin jaih. Alhamdulillah, saking bersukurnya saya sempat lari lari seputaran Sriwedari Solo karena siangnya akan menerima hadiah dan diliput Suara Merdeka. Sepeda ini jenisnya sperti BMX zaman sekarang, namun punya 2 Skok Sepan Elastis bagian depannya (mentul mentu : bahasa Jawa). Dengan pulang bawa sepeda habis dhuhur, langsung dimarahi Ibu dan kakek akrena menghilang setengah hari. Akan tetapi saat saya beritahu saya dapat hadiah sepeda, mereka berdua " jadi cair semua ", alhamdulillah Ya Alloh, dilarang untuk miliki sepeda ternyata ada jalan lain buat memilikinya yakni lewat Es Woody.

No comments: