Thursday, July 28, 2016

Keakraban Membawa Perpecahan

Keakraban Membawa Perpecahan...?, apa maksudnya. Tadi pagi ibu saya mengisahkan suaminya ( ayah saya almarhum ) yakni tentang wafatnya ayah saya yang katanya sakitnya masih misteri tanpa diketahui penyakitnya secara pasti. Meski demikian proses wafatnya ayahanda cukup memberikan kesan yang insya Alloh khusnul khotimah, demikian harapan semua manusia yamg hidup secara wajar. Wafat jika tidak salah sekitar tahun 1970, dan saya saat ittu masih berusia 1,5 atau 2 tahunan karena saya lahir sesuai catatan sipil dan KTP bertuliskan 1968. Dan kisah singkatnya sesuai alur cerita dari Ibu, justru diawali dengan keakraban ayah dengan kawan yang betul betul sangat dekat, boleh jadi disebut " sahabat karib ".

Awalnya sahabat ayah ini adalah teman diskusi yang menyenangkan dan hangat bahkan kelewat persahabatan yang sangat cair alias mengalir. Segala permasalahan dan persoalan baik hidup atau proyeksi masa depan, maklum saat itu negara belum stabil benar membutuhkan pemikiran dan ekstra keras disamping pendidikan yang belum memadai. Mengingat kawan ini juga seorang yang ahli agama ( baca alim ) dengan kitab kuning, serta ayah sendiri pernah mondok lebih kurang 10 tahun di Jombang, pernah Ibu sebut mendiang ayah, murid dan tangan pertama Pendiri NU yang sekarang massanya cukup banyak di indonesia bahkan bisa dikatakan mayoritas. Teman diskusi serta cocok dalam segala pembicaraan adalah semua orang mengharapkan itu, bahkan keakraban keluarga masing masing seperti keluarga sendiri. Inilah awal sebuah keakraban dan persahabatan yang diharapkan langgeng.

Kenapa muncul perpecahan...?. Ibu mengkisahkan, bahwa ayahanda seorang yang lugu dan polos meskipun ahli dalam bidang menelaah kitab klasik atau kuning serta kemampuan bahasa arab yang cukup capable ( kemampuan membuat kalimat dengan indah karena menguasai kaidah dan aturan sastra ) saat itu. Sedangkan kawannya seorang dari desa pula namun menduduki Jabatan cukup bergengsi yakni di sebuah instansi pemerintah dengan basic keagamaan. Godaan atau Petaka muncul saat ada sengeta pribadi dan perdata tentang warisan yang dialami kawan ayahanda ( wanita ), lalu wanita ini  meminta ayahanda untuk menyanyakan kawan yang menjadi pejabat penting itu, yang kata Ibu saya  Jabatannya seorang Hakim. Sebenarnya niat baik ayahanda untuk menolong wanita ini memang insya Alloh amal salihnya, karena wanita itu memiliki bagian atau warisan yang cukup besar ( kala itu ) dan wanita ini merasa pembagian belum adil, dan perkiraannya masih ada beberapa nilai yang belum diterima secara total alias masih ada sisa sisa yang diharapkan keluar dan yang tahu itu semua Sang Hakim ini. 

Bagai disambar angin di siang bolong, sang hakim nampaknya beda pemikiran dengan apa yang disampaikan ayahanda. Perkiraannya, jika masalah ini diketahui publik akan berdampak pada jabatannya bahkan karirnya, karena sorang tokoh dan dikenal luas. Maksud baik ayahanda disambut dengan negativ respond, dan karena yang dilapori pejabat yang bergengsi (saat itu), muncullah pikiran pribadinya (demikian Ibu sebut ) : Pilih kalah Wang tinimbang Kalah Wong. Artinya mending kalah uang, daripada kalah orang (harga diri). Mungkin inilah penyebab keretakan dan perpecahan yang akhirnya dengan kekhawatiran tingkat dunia, menurut Ibu saya bahwa Sang Hakim seperti membuat ayahanda berada dalam situasi hingga sakit tiada jelas sebabnya, meski sebenarnya sehat dan sakit Ada Yang Maha Mengatur nya. Namun setan dan pasukannya pun masih gentayangan memenuhi niat jahat seseorang entah via mantera atau bacaan bacaan yang berlebihan yang sangat jauh darai ajaran utama. Mungkin saat itu, secara kasar bisa dikatakan minta jasa dukun untuk  " main santet " atau apalah namanya hingga dokter pun pada cuci tangan, karena secara medis memang tidak terjadi apa apa. Akan tetapi rasa kesakitan menyebabkan, sang ayahanda harus mondok ( opname ) di RS kurang lebih 1 minggu.

Dengan ditunggui sahabatnya saat mondok di Termas Pacitan dulu, dan kakak kakak saya juga masih berstatus sekolah dasar hingga ada yang SMP, tidak bisa saksikan kematian ayahanda. Kata Ibu saya, usai Subuh di hari ketujuh di RS, beliau ingin istirahat sambil dzikir sebentar dan itulah akhir kehidupan beliau dan Ibu mengetahui setelah temu kawannya ( tidak sengaja ) yang naik becak dan langsung memberitakan ikhwal kematian ini. Jenazah lalu diurus oleh seorang pimpinan tariqat yang tersohor saat itu, yakni alm KH Mustain Romly Peterongan dan kyai ini memang pernah menemani atau menjadi bagian guru spiritual  penguasa orde baru. Maklum, jamaahnya cukup banyak dan kewibawaannya di kalangan birokrat cukup dikenal di wilayah Jawa Timur....Allohumaghfirlahu Warhamhu, Ya Alloh Berikanlah Rahmat dan Ampunilah kesalaha kesalahan nya, Amin. Inilah doa yang selalu saya baca usai sholat,  sedang saya saat itu masih belum genap 2 tahun. Script rekaman singkat Ibunda, mungkin lain waktu akan saya postkan ( upload ) juga, mengingat saat ketik tulisan ini di warnet yang masig dalam perbaikan, belum bisa upload memang masalah teknis sekali, ditunggu saja.




Wednesday, July 27, 2016

Gagal Ke Jogja

Rencana sore tadi mau ngegas ke Jogja, ternyata tensi Ibu masih menunjukkan kenaikan meski tanpa alat atau pengukur tensi. Tahunya dari sejak pagi hingga siang tiduran terus dan makan kurang begitu bergairah atau nafsu makan berkurang. Akan tetapi, apa latah...? Ternyata dosis pil dan obat buat 1 bulan oleh Ibu diminum hingga 2 minggu saja sudah habis.

Saya mulai menanyakan, berapa pil yang diminum tiap harinya sejak 3 hari lalu saya ke Jogja. Jawabannya cukup menegangkan dan terasa aneh, resep dokter yang isinya sampul 1 hari 1 tablet, oleh Ibu diminum 3 tablet sekaligus. Pantesan saya belikan juice melon yang biasanya langsung bereaksi turun atau membuat segar lagi, ternyata tidak berpengaruh. Ohhh ini rupanya penyebabnya, meminum obat berlebihan. Padahal sudah dipesan sebelumnya agar 1 tablet masing masing resep. Yah, itulah terpaksa saya harus menyalahkan diri sendiri yang instruksinya belum beliau indahkan. Akhirnya, nilah kenyataannya.

Tuesday, July 26, 2016

Kamis Dan Numpak Bis

Seperti biasa terjadi obrolan dengan sedikit atau bahklan sering salah paham antara saya dengan ibu. Diliputi rasa sedikit malas untuk menuliskan sesuatu, sehingga saya cukup dengan menggunakan bahasa isyarat yang kenyataannya malah menimbulkan pengertian yang sama sekali tidak berhubungan. Seperti yang terjadi minggu lalu, Ibu menanyakan hari apa ini...?, saya jawab singkat dengan isyarat : Kamis atau dengan suara pelan namun berharap dapat ditangkap segera. Jawaban Ibu malah sambil ucap dengan seru : Opo, Numpak Bis...?. Hehehehe, para pembaca yang baik hati, bagaimana rasanya mendengar langsung jawaban ini. Tentu mengingatkan kita dan siapa saja yang pernah atau sekarang memiliki anak anak kecil atau Balita ( Bawah Lima Tahun ).

Saya pun teringat akan sebuah ayat dalam Surah Yasin, yang biasa dipakai kalangan atau sebagian saudara muslim kita buat acara tahlilan dan yasinan. Ayat itu terletak bagian akhir atau ruku' akhir surah Yasin yang terjemahannya sebagai berikut, yakni QS Yasin ayat 68. 

68. Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian (nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?

Demikianlah Gusti Alloh SWT mengingatkan manusia, jikalau mempunyai orang tua baik lengkap atau tinggal satu saja untuk selalu mengambil hikmah dari ayat ini dan memaklumi keadaan mereka.

Sunday, July 24, 2016

Maafkan Putramu Ibu

Sehari usai periksa ke dokter dan dinyatakan tensi atau tekanan darah nya menurut artikata.com yang terukur 250, saya mengharuskan diri untuk menjaga makanan yang bisa menyebabkan kenaikan tensi minimal menghindari yang asin dan daging. Dengan nilai 250 memang tergolong tinggi, sebab saudara ipar saya dengan nilai tensi 210 sudah tidak bicara bicara dan harus diopname (menginap) di RS PKU Muhamadiyah Surakarta dan memakan waktu lebih kurang 1 minggu (pekan) dan alhamdulillah, 2 hari lalu saat saya bezuk pada angka 175 itupun bicara masih kesulitan dan berjalan dengan cukup pelan pelan. Sedang Ibu, alhamdulillah masih seperti biasa hanya terlihat sedikit agak pucat. Akan tetapi obat tetes mata sepertinya agak cocok, dengan 3 kali test sudah normal kembali.

Karena demikian situasinya, saya mencoba untuk memasak sendiri makanan dan lauk pauk serta menghindari membeli di warung. Saya memilih sayur bening seperti biasa kesukaan beliau. Ada kejadian dimana saya selaku putra telah melakukan kesalahan besar, namun memang seakan akan tak bisa terhindarkan. Apa pasal...? Di saat saya mengiris iris sayuran baik dari : kacang panjang, jipan, daun so, cabe merah, tahu, tempe dan lain lainnya yang diperlukan, beliau mengacak acak dan seperti akan membanting. Saya maklum tensinya sedang tinggi, dan maunya cukup membeli saja agar tidak makan waktu. Akhirnya, saya tak sadar dicampur rasa sedikit agak marah dan meja di tengah dekat kursi tidurnya saya tendang dengan speed rendah. Sebab, saya mau membantah cukup tidak ada nyali dan saya merasakan tensi saya juga agak naik karena terasa nyut nyut di kening.

Setelah Sedikit Sehat Bisa Simak Pengajian You Tube

Setelah situasi bisa dikendalikan dan ibu saya mohon untuk tidur saja, sebab nanti sekitar 1 jam lagi akan siap saji semua makanan baik nasi kunak dan sayuran bening. Dengan demikian saya sedikit lega lalu dilanjutkan masak dengan porsi cukup banyak, yakni 1 panci full sayur dengan kuah agak banyak, sebab saya juga merasakan tensi agak naik juga. Melampaui 1 jam sudah akhirnya semua siap dan saya menikmati dengan makan cukup banyak usai sholat dhuhur. Namun masih teringat sedikit kemarahan saya, habis sholat dhuhur langsung saya minta maaf karena sedikit agak lancang yakni menggubrak meja serta bicara agak tinggi meski sebenarnya beliau tidak bisa mendengar. Maafkan anakmu Ibu, dan sekali lagi semoga kejadian yang baru saya buat supaya dilupakan, Amin.




Tuesday, July 19, 2016

Periksa Tensi

Tadi pagi Ibu agak mengeluh soal rasa kurang nyaman badannya serta mata sebelah kiri. Kemarin sudah menunggu kedatangan putri seorang mubaligh zaman tahun 90 an, Dokter Nurjannah Ngruki. Beliau putri pendiri yasayan Al Mukmin, yang pondoknya pernah bikin heboh dunia internasional. Namun sekarang sudah mengalir seperti umumnya ponpes di nusantara. Akhirnya, saya usul ke Ibu ke Dokter sepuh yang lama yakni Dr Hanardi yang usianya kurang lebih sekitar 70 tahunan.

Tak disangka, ternyata ukuran tensi Ibu kali ini cukup tinggi yakni 250. Mungkin capek saat Lebaran dan makan makan nuansa lebaran tahun ii yang berlebihan sehingga kurang kontrol. Saya minta maaf Ibu, yang belum bisa jalankan kontrol terhadap makanan yang dinikmati pasca Lebaran ini. Masih ada satu lagi, yakni 1 resep yang harus saya beli di apotik, kata Dokter Hanardi itu buat jantung. Wanita seperti Ibu saya dengan usia 84  tahun an memang rentan terhadap perubahan kondisi kesehatannya. Terlebih beberapa parcel yang masuk sebenarnya cocok buat snack atau makanan ringan buat cucu cucunya. Apa dikata, meski insan dengan usia mulai udzur pola makanan yang ada sekarang berubah sangat cepat. Untuk itu bagi yang masih memiliki orang tua apalagi Ibu untuk menyempatkan waktu buat kontrol saat beliau atau ibu ibu masuk usia rentan dengan penyakit serta perubahan mendadak. Sekali lagi maaf Ibu, sikap dari anaknya yang selalu kurang memuaskan dan bila orang tua kita komplain, merekalah yang tetap benar.

Friday, July 15, 2016

Kegelisahan Mertuwa

Ibu saya selaku mertuwa dari anak anaknya sejak 3 hari lalu agak gelisah mengingat menantunya ( istri kakak saya ) masuk dan menginap di RS PKU Muhammadiyah Solo dengan " gejala stroke ". Kakak saya, suami wanita yang bernama Siti Khusniyah sebenarnya saat syawalan hari Jumat pekan lalu cukup sehat, namun nampaknya advise suaminya ( kakak saya ) agar sering chek up baik tensi atau kadar gula serta detak jantung. Rupanya ini kurang mendpat atensi, hingga 3 hari lalu kakak ipar saya ( siti khusniyah ) yang berputra 3 ini harus dirawat di Rumah Sakit PKU sebagai rujukan dari PKU Kartasura.

Tepat seminggu dari acara syawalan keluarga besar alm, kakek saya Jumat 8 Juli 2016 lalu di Solo, hari ini saya menyempatkan bezuk di PKU Muhamadiyah Solo. Beiau menempati ruang Mulyazam Lantai 3 dan rencana Jumat sore mau dipindahkan ruangan yang agak dekat udara bebas ( jendela ) setelah sebelumnya di ruang full AC yang dirasa terlalu dingin. Pasien ( kakak ipar saya ) usianya sekitar 50 an tahun. Anak anaknya mengingat jadwal mudik yang diijinkan kantornyam berakhir kemarin. Terpaksa 2 anaknya harus balik ke lokasi kerja lagi. Yang menunggu tinggal anak terakhir yang masih kuliah di UNS bernama Ari. Yang harus balik lagi ke lokasi kerja : 

Inilah sekilas kejadian di hari ini Jumat 15 Juli 2016 dimana Ibu selalu mendorong adik adiknya agar segera menjenguk pasien tersebut. Terakhir saya menyaksikan tadi pagi, kakak ipar saya memang mengenal siapa yang berkunjug, namun untuk bicara masih teramat sulit. Inilah pertanda bahwa kakak saua jika kurang bagus tentu akan menambah sakitnya mengingat saat jam makan, masih terasa sulit untuk menikmatinya. Sementara dengan ifus dulu yang penting bisa siuman dan optimis lagi. Sebelumnya kakak saya ini sebelum berangkat Haji 3 tahun lalu cukup fit dan bagus sikonnya hingga kepulangannya dari Timur Tengah ( melaksanakan ibadah yang menuai kritikan dari penyelenggarannya ) hingga sekarang.








Tuesday, July 12, 2016

Wanita Suka Yang Keras

Tulisan ini sekedar saduran foto kawan dari Jawa Timur ( Mas Caxis CB Bangil ) yang kebetulan upload foto di media sosialnya kebetulan masih suasana lebaran dan kaitannya dengan wanita baik yang sudah ibu ibu dan lajang yang mengitari motor tuanya. Motor yang serba komponen besi ( sifatnya keras ), akhirnya kutulis tulisan dengan judul dengan tema wanita suka yang keras.




Jujur saja, memang benar khan wanita pasti suka yang keras keras....?? hehehehe, duung semangat dan semangat jelang pasca lebaran meski sedikit agak macet. 

Monday, July 11, 2016

Istri Yang Dulu Dikira Istri Baru

Anak kakak saya lebaran tahun ini ( 1437 H atau 2016 M ) menyempatkan pulang kampung halaman yakni Kartasura jawa Tengah ( mudik lebaran ) dari Qatar setelah kerja disana sekitar 5 tahun lalu. Namanya Fanny Mudarris, istrinya berasal dari Banten dan saat pengantin baru kerjanya sebagai perawat. Anak kakak saya di peusahaan cukup bonafid, Schlumberger yang pusatnya di Paris Perancis dan awal perkenalannya saat Fanny bekerja di Cilegon. Sekarang dikaruniai 2 anak. Prestasinya memang nampak saat SMA di Solo, dan sering masuk 5 besar. Tentang Shlumberger bisa disimak : disini

Diterimanya di perusahaan ini test nya cukup ketat juga, khabarnya dari 1000 an peserta hanya 10 yang diterima. Persaingannya 1 : 100. Adiknya, Fajar yang saat SMA lumayan nakal ( mbeling : Jawa ) juga cukup mapan kerjanya, di perusahaan minyak di Pekanbaru ( Chevron ) dan istrinya dari kalangan cukup berstatus yakni putri Rektor sebuah PTS di Solo, sedang kakak saya ( ayah kedua anak ini ) hanya pegawai lapangan biasa di PBS ( Proyek Bengawan Solo ), yahh itulah namanya jodoh, hanya Tuhan Yang Maha Memberi Rizki termasuk perjodohan.

Hari ketiga Lebaran kemarin atau Jumat 8 Juli 2016, Dik Fanny (saya panggil dengan dik) karena saya sebagai pamannya (pak Lik : Jawa) sowan dan bersungkem pada Ibu saya di Solo. Perjalananan dari bandara Sutta jakarta langsung ke rumah Ibu. Tiga tahun lalu memang Fanny sama istri pernah mampir ke Ibu saya, saat itu istrinya masih berbadan sedang. Dua tahun kemudian (tahun ini) mampir lagi ke orang tuanya dan neneknya (ibu saya), istri dalam keadaan agak gemuk dan nampak seperti tambah tinggi. Terjadilah dialog yang cukup heboh, Ibu bertanya ke kakak saya (dari Bandung ) : istri Fanny opo wes ganti (istri Fanny apa sudah ganti kok besar badannya ). Kakak saya bilang : istrinya tetap ( bojone tetep Bu.....!! ). Kakak saya lupa " nulis " hanya pakai suara dan isyarat, akhirnya Ibu saya berkesimpulan : Oooo, bojone wes ganti thoo......( ooo, istrinya sudah ganti thoo ). Semua tamu yang ada tertawa yang malah Ibu juga tertawa.




Monday, July 4, 2016

Kok Nggak Mudik

Kemarin malam saya tiba di Jogja setelah ngegas dari Solo ke Jogja meski tanpa lampu dari Delanggu hingga Klaten cukup pakai sein kiri. Sebelumnya sudah minta izin dulu pada Ibu, insya Alloh Selasa atau 1 hari sebelum lebaran pulang lagi ke Solo dengan istri. Menjelang Klaten lihat banyak Polisi, kupinggirkan sebentar di tengah kota. Ternyata ada yang longgar di blok lampu depan, bisa jadi pemasangan relay dan kabel belum fit benar. Dengan sedikit pukulan dan sentuhan, alhamdulillah lampu nyala, jalan dan ngegas pun nyaman. Sebelumnya sempat berbuka di wilayah Pakisbaru dan dapat takjil pembatal puasa dengan 1 buah arem arem ( makanan khas jawa tengah ) dan 1 gelas air mineral. Sekali lagi alhamdulillah dan sholat maghrib bisa jamaah di Masjid itu.

Jalanan Solo Jogja cukup padat dan lancar sore itu mengingat arus mudik memang sudah dimulai dan plat mobil dan luar kota menghiasi jalan raya utama. Gas tipis tipis pun saya terapkan daripada terjadi hal hal yang tak diinginkan. Hingga habis Isya' alhamdulillah sudah masuk Jogja dan pengguna lalulintas sudah mulai padat sekali. Akhirnya lebih kupilih jalur Solo Jogja saja daripada lewat Malioboro yang tentu sangat ramai dan padat kendaraan pemudik.

Sampai studio Jogja, temu beberapa tetangga yang selama ini jadi jamaah Masjid Gede Ambarketawang dan mereka pada bertanya : Kok Nggak Mudik....?. Cukup dengan senyum saja dan saya jawab, tiap pekan sudah mudik kok, yakni Jumat-Ahad biasa di rumah ibu Solo....!!


Sunday, July 3, 2016

THR Ala Ibu

Kemarin atau Sabtu pas ultah saya atau tepatnya 2 Juli. Ada yang menarik dan menimpa Ibunda. Pertama dikiranya puasa masih seminggu lagi karena memang sudah tidak kenal tanggal, taunya kok di masjid mulai dikumpulkan beras, alamat Idul Fitri sudah dekat. Yang kedua bagai dapat limpahan bulan, beliau menemukan beberapa amplop yang sebetulnya ia simpan sendiri sekitar 2 tahun lalu dan lupa menaruhnya. 

Dua tahun lalu, memang sempat sakit beberapa hari dan sesuai permohonan dalam setiap tahajudnya agar bilamana suatu saat sakit, jangan sampai masuk RS karena anaknya cukup jauh jauh (meskipun sebenarnya ada yang dekat), yakni 2 kakak saya tinggal seputaran Solo akan tetapi kesibukannya sebagai guru dan guru ngaji. Satunya sering di lapangan/ proyek. Yang Guru kebetulan wanita dan materi yang dibawakan cukup fantastik yakni IPA (biologi dan fisika) otomatis sering dituntut membuat laporan sekaligu sedang Pasca Sarjana di UNS dan tahun kemarin sudah lulus.




Beberapa amplop yang ditemukan sejumlah 10 buah masing masing ada yang berlabel 110 ribu hingga 125 ribu. Ada yang tahun 2014 dan 2015. Di saat sakit itulah, beliau menerima semacam rapelan. Total ada 1,8 juta  baik pecaha 5 rinuan hingga 100 ribuan. Terakhir pekerjaan Ibu adalah Guru Tidak tetap (GTT) di sekolah dimana pendirinya adalah kakek saya sendiri (alm). Itung itung sebagai THR lebaran tahun ini, yang aslinya ya uang Ibu sendiri hanya karena lupa naruh di Tas sendiri kebetulan tempatnya di bawah kasur pribadinya. Alhamdulillah, demikian katanya menunjukkan amplop amplop itu ke saya. 

Saturday, July 2, 2016

Listrik Mati

Tadi malam usai sholat maghrib, mendadak listrik mati. Tak disangka dan dengan sebab apa. karena sebelumnya normat dan dalam keadaan menyala. Yang agak heran, malam itu ibu tetap menyuruh saya mencari yang ahli listrik. Tentu sudah malam siapa yang sanggup mengurutkajn kabel dan mencari sumber yang mebuat padam. Pikiranku langsung ke aksi tikus tikus yang bsering makan kabel kecil. Maklum tikus ini biasa main main di kotak sampah jika malam tiba. Namun khusus bulan puasa ini, aksi tikus tikus agak terhambat karena sisa sisa makanan yang dibuat mereka yang buka bersama di masjid, dithongkrongi beberapa kucing. Ternyata meski kucing itu sekadar obrak abrik sampah cukup efektiv usir tikus tikus nakal.

Hingga malam yang larut, kugunakan lilin yang ada dan alhamdulillah cukup membantu aktivitas yang yang sebenarnya agak gelap dan gerah. Praktis tanpa kipas angin dan musik atau sekedar lihat televisi jadi absent semua. Yaah, ternyata bukan kabel yang dimakan atau instalasi yang malfuncion, namun box sekring yang alami goyah dan hanya cukup dikencangkan pada paginya. Ributnya luar biasa semalam, namun akhirnya lega karena listrik nyala lagi setelah saya menghubungi operator bagian info PLN ( direct call 123 ) dan sempat ada kuatir juga mengingat agak gelap, biasa pandanga Ibunda juga agak kabur.